BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

SENTUHAN MINDA

GEMERCIK RINDU


Ingin kugapaimu
Tapi tangan tak sampai
Terpasung kakiku
Atas takdir yang merantaiku
Angin …
Gemercik rindu ini mengguris kalbu
Ingin sesekali ku rangkul dirimu
Dalam pelukan sayap-sayap lembutku
Agar….
dapat ku terbang
dalam hembusan nafasmu …


SEDETIK DI INGATAN

Aduhai, angin …

Telah ku cuba
melepaskan beban ini
Dalam lakaran bebait lagu
tentang kerinduan
Nan terpendam dibatas
jarak pemisah
Jujur …
ingin ku temuimu …

Hai, angin …
Ku lukis bebayangmu
Selintas wajah yang kurindui
Di awan kugoreskan imaginasi
lalu kubisik suara hati
di angin lalu …

Ah, angin …
Betapa bernilai
Sesaat pertemuan kita
walau sedetik cuma
Penawar rindu
yang kian lama
bergantungan di tiang hari
Rasa cemas telah berlalu
engkau di sana
dekat di hati …



KAU YANG JAUH DARI PANDANGAN ...        



Masih lekat ku ingat
Saat kau seru namaku
Aku tersipu malu
Terpana tak mampu bersuara
Betapa hati mendadak bahagia …
Ah, angin …
Kan ku pahat sajak terindah buatmu
Yang akan membelaiku tika rindu bertandang
Dan kala gebar malam
Menanggalkan pekatnya …
Dengarkanlah wahai angin …
Sajak rindu yang kulaungkan untukmu
Yang tak tertafsir dek alam
Hanya tersimpan di kotak hati ini
Wahai angin …
Jarak pandangku
Nan terhalang dek gunung dan lautan
Namun hatiku sentiasa bergetar
Oleh sentuhan rindu ini …
Oh, angin …
Kasihmu setia ku genggam
Hangat derumu angin dalam pelukan
Tiap detik tak pernah ku lupa
Kerana kau selalu dalam doaku
Meniti di bibirku
Bertahta dalam hatiku
Hai, angin …
Kau yang jauh dari deria sentuhku
Rinduku menusuk di kalbu
Gemercik sayup suaramu
Seolah menyeru namaku
Ingin ku terbang menghampirimu
Apakan daya tak sampai
Kau jauh dari pandangan …
Ah, angin …
Cinta ini misteri
Tiada yang mengerti
Kecuali … segumpal hati nan suci
Namun …
Telah ku kenal jiwamu
Meski tak mengenali jasadmu
Tapi wahai angin …
Kau takkan pernah jauh dariku …




Dalam hembusanmu membelaiku
Seolah mengerti
nan tersirat di sanubari
Singgahsana asmara
nan terjaga
dan jalan nan berliku
tersimpan cerita
merintih sedih,
perih…
seakan hancur
tepat di depan mataku

Selain engkau angin……
Yang tak mengabaikanku
 serupa batu
Tapi…
akulah pucuk
yang kau sentuh...



Andai dirimu merasa,
kenangan mampu
mewakili tiap sejarah,
pernah diciptakan oleh musim,
untuk kekasihnya……
tega diri menjadi risalah,
dibawa oleh angin,
untuk kalbu semesta,
atau…
menjadi hujan,
yang paling teduh…..
menyubur tiap perkampungan,
atau mungkin…
menjadi kemarau,
menggugurkan dedaun
ke pangkuanmu,
tertera lengkap...
nama panggilan
kesayanganmu,
di lembarannya…




Sekuntum Mawar Merah...
Sebuah puisi...
Terkelus hatiku...
Maka buatmu...
Tak bisa dimengertikan...
Bersama bayu...
Dalam bisikan suaraku...
Di telingamu...


Sudikanlah...
Hanya yang mampu kuhadiahkan...
Sebuah senandung syahdu...
Terkilan perasaan rindu...
Pada lewatnya pertemuan
Di hujung senja...


Jua...
Dikejauhan ini...
Dengarlah bisikan hatiku ...
Berpupuk lembut...
Mendakapmu bersama setulus madah...
'Bukalah pintu hati seluasnya...
Terimalah kenyataan...
Pastikan kunjung kemakbulan...'


Maka...
PadaNya kuabadikan do’a...
Semoga panjang usia...
Kesejahteraan selamanya....
“Selamat Hari Lahir”